Wednesday, March 12, 2014

Filosofi Cokro Manggilingan

Cokro Manggilingan merupakan sebuah filsafat Jawa yang dalam maknanya. Ini di pakai untuk mencapai ketentraman lahir dan batin. Secara fisik bentuk dari Cokro (cakra) itu adalah lempengan bulat bergerigi dan tajam seperti ujung pada panah para Pandhawa atau juga kelengkapan senjata tokoh wayang raja Darawati “Sri Bathara Kresna”. Sementara Manggilingan bermakna berputar atau perputaran. maka dari itu filsafat Cokro Manggilingan adalah menganalisa siklus hidup manusia, perputaran masa serta peralihan nasib.


Hidup ini laksana Cokro yang berputar. Akan terus berputar dan hanya akan terhenti atas kehendak dari Tuhan Sang Pencipta. Terkadang kita akan berada di bawah sehingga harus bersabar dan tawakal. Tapi percayalah pada saat yang tepat dengan usaha serta doa maka tidaklah mustahil bisa naik ke tengah atau samping. Perputaran waktu dan nasib juga memungkinkan orang yang berada di tengah dapat naik ke puncak. Akan tetapi waspadalah bila sudah di puncak, manusia setelah mendapat “lebih” sering kali lupa diri, “aku” nya makin tinggi. Jangan sekali-kali merasa kuasa hingga lupa diri bahkan takabur, itu sebabnya para pinisepuh (leluhur) yang bijak menambahkan nasehat: aja adigang adigung adiguna atau ojo kumalungkung. Singkatnya: jangan "merasa" atau sok. Mentang - mentang berkuasa lalu berbuat semaunya lebih - lebih mematikan rasa. Bila rasa dinihilkan maka akan muncul sikap merasa berkuasa dan pada akhirnya muncul tingkah laku yang tidak terkendali atau "pethakilan". Kalau sudah sampai taraf ini tinggal tunggu waktunya saja kapan dirinya terjerembab oleh tingkahnya sendiri.

Sama seperti air sebagai bagian dari unsur makrokosmos, akan selalu mengalir dan berputar kemudian turun kembali ke bumi lalu mengalir ke laut. Tidak mudah bagi air untuk mengalir kembali ke laut karena bisa saja air tersebut mengalir dengan lancar, pelan atau bahkan dibendung dalam jangka waktu yang lama. Air juga dikonsumsi oleh manusia dalam sebuah siklus yang alamiah. Air adalah simbolisasi dari kehidupan dan merupakan salah satu lambang dari Cokro Manggilingan.

Sumber : Buku Filsafat Jawa.

No comments:

Post a Comment